‘KOMITMEN’ NGGAK ADA BEDANYA DENGAN ‘PACARAN’

by:  Rani Yuanita yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya 🙂

RINGAN, SIMPLE, DASAR, FAMILIAR,  TAPI SERING TERLUPAKAN EH SENGAJA DI LUPAKAN (UPZ.. ASTAGHFIRULLAH)

(Teringat Note dari seorang kawan tentang ciri-ciri ikhwan genit, salah satunya yang ingin saya ceritakan sekarang)

Suatu ketika ada seorang ikhwan yang mengungkapkan perasaannya pada seorang akhwat. Umur pembinaan mereka sudah berjalan bertahun-tahun. Dengan dalih bukan pacaran tapi komitmen bahwa sekian tahun lagi akan menikahinya. Ikhwan ini memberikan janji kepada sang akhwat. Terlepas dari apakah si akhwat ini menerima atau tidak ajakan si ikhwan. Jika diterima maka secara ‘halus’ mereka sudah melakukan pacaran. Sama saja dengan orang di luar sana yang menjadi obyek dakwah mereka. Mau berdalih bukan pacaran kok, gak ngapa-ngapain, hmmm esensinya sama saja. Berdalih pacaran islami? Sudah sering kita bahas kawan .. its nothing.. tidak ada..

Astaghfirullah, miris sekali saya mendengar kisah ini, apalagi yang mengatasnamakan ALLAH untuk kemaksiatan (aku mencintaimu karena ALLAH) astaghfirullah.. ALLAH dijadikan tameng (perisai) begitu saja. Saya kira teman-teman sudah sering menjumpai hal ini. Bahkan mungkin mengalaminya sendiri?

Dalil LAA TAQROBUZZINA…(jangan dekati zina…) sudah sering kita dengar dan hafal. ‘Komitmen’ akan mendekatkan kita pada zina mata, zina hati, dll.

Sering mendengar ‘cinta itu butuh pengorbanan’? Kisah di atas tentu saja bisa kita kategorikan ‘cinta tanpa pengorbanan” (teringat bukunya Bu Kusmarwanti M. Idham ‘Catatan Seorang Ukhti’).

Bukankah cinta itu fitrah? Ya, cinta itu fitrah. (teringat kisah Ali dan Fatimah, begitu rapatnya Fatimah memendam perasaannya pada Ali sehingga tidak menimbulkan zina)

Tetapi, kalau sudah cinta kenapa tidak berani nikah?

Kalau masih mau nyelesaiain kuliah, skripsi, mau cari kerja, dll ya itu namanya belum siap.

Kalau belum siap kenapa harus tergesa-gesa ‘memesan’ calon?

Takut kehilangan?

Takut nggak dapet?

Kembali ke konsep aqidah lagi berarti. Percaya gak sama ALLAH?

Kalau segala sesuatu itu sudah sangat rapi dipersiapkan-NYA, termasuk jodoh?

Mau mendahului takdir ALLAH?

Kalau pasangan komitmen itu bukan jodohnya terus bagaimana?

Kalau tidak sama dia tidak mau?

Lha menikah itu ibadah atau nafsu?

Karena ALLAH?

Atau karena cuma ingin sama dia?

Belum tentu yang kita anggap baik adalah baik untuk kita?

Bisa jadi yang kita anggap buruk adalah baik di mata ALLAH?

Masih ingat firman ALLAH tentang hal itu bukan? Allah lebih tahu..

Untuk saudariku..

Beranilah menolak dengan ketegasan.

Jagalah izzah kita sebagai seorang perempuan.

Tidak peduli ikhwan itu perfect dari segi apa aja deh (keduniaan)

Mau anak orang kaya, punya jabatan, keren, cakep, dll

NGGAK NGARUH, gak usah ‘eman-eman’ (sayang)

karena yang kita tahu pasti bahwa ada yang salah dengan menjalankan agamanya (dia bukan orang baik).

Tenanglah wahai saudara dan saudariku..

…wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula..

QS An Nur 26

Tidak perlu takut.

Yang penting sekarang adalah memperbaiki kualitas keimanan dan ketaqwaan kita. Insya ALLAH jodoh kita ya seperti kita. Mari senantiasa memohon kepada ALLAH yang terbaik untuk hidup kita.

percayalah.. wiill be beautiful at the moment..

Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan siapapun, pihak manapun. Maaf jika ada kata-kata yang salah.

Insya ALLAH sebagai renunganku, renunganmu, renungan kita, renungan kalian, renungan mereka, dan renungan kita bersama atas fenomena yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Jangan sampai ‘hal ini’ menjadi kebiasaan yang ‘dianggap benar’ oleh ‘pelaku dan pengikutnya’ dan agar tidak menjadi contoh bagi orang lain. Yang benar adalah benar, yang salah adalah salah.

SPIRIT based on syariah..

Qulil haq walau kaana murron.

ALLAHU’ALAM BISHSHAWAB..

11 Komentar »

  1. sbs Said:

    klo yg sdh berumur 45 thn gmn mbak?pdhl udh berihtiar cr pasangan hdp?

    • raniyuanita Said:

      ikhtiar mencari pasangan hidup berarti itu ‘keseriusan’ mbak.. jadi kalo “mencarinya” tidak bertentangan dengan nilai agama atau sesuai syari’ah ya teruslah berikhtiar.
      sedikit berbeda konteks.. yang sya maksud di sini adalah orang-orang yang sebenarnya belum mampu untuk menikah akan tetapi sudah ingin berkomitmen dengan orang lain. dalam islam itu tidak dibenarkan.
      salam kenal mbak.

  2. Zen Said:

    terima kasih mbak rani atas renungannya.. semoga istiqomah selalu dalam mengingatkan pada kebaikan dan kesabaran..

    salam kenal..

  3. Dee Said:

    Trus yang nulis ini sudah ber-“komitmen” belum? kenapa?

    • raniyuanita Said:

      gak ada komitmen mbak.. khan sudah jelas saya paparkan ditulisan itu.. sama saja dengan pacaran.. tdk boleh mbak.. dosa.. salam kenal mbak..

  4. eli v. smily Said:

    klo kriteria siap bagi ihkwan it gmn to ukh? krn ad seseorng yg merasa sudah siap krn ia ud merasa punya ma’isah meski msh pas pasan, dan ud cukup matang mental dan biologisnya, dan umurnya pun ud cukup. tp saat melamar akhwat ditolak dg alasan blm mapan, blm pns, gajinya masih kecil. menurut mbk gmn?

    • raniyuanita Said:

      kalo itu alasan si akhwat aja mbak.. berarti memang si akhwat itu gak mau (bisa karena menginginkan lebih atau malah menginginkan oranglain hehe).. jadi relatif deh kriteria siapnya.. InsyaAllah masing2 diri kita bisa lebih tahu apa kita sudah siap atau belum..

  5. eli v. smily Said:

    ad juga seorg akhwat ia masih kuliah dan ingin segera menikah krn ud merasa mampu, tp ketika ia dilamar ihkwan, mlah si ikhwan diberi syarat disuruh nunggu lu2s kuliah am ortunya. ini kan jd masuk “komitmen” gmn klo menurut ukhti?

    • raniyuanita Said:

      kalo itu termasuk khitbah InsyaAllah diperbolehkan, tapi khitbah yang bener2. tidak ada komunikasi yang mengarah kpd maksiat. karena yg sy maksud ‘komitmen’ disini ‘janji’ oleh 2 lawan jenis tanpa melibatkan pihak keluarga atau guru ngaji. atau pun melibatkan org2 tersebut tapi mereka melanggar dg komunikasi yg tidak sehat. kalo untuk kasus yg mbak ceritain itu, brarti akhwat bisa dikategorikan tidak sekufu dg ikhwan karena meminta syarat untuk ‘lebih’.. kalo ikhwannya sudah siap kenapa gak cari yg lain saja yg bisa langsung dinikahi? 🙂 ini lebih aman 🙂

  6. khairudin Madani Said:

    LANJUTKAN……….

    Salam Persahabatan dalam perbedaan


{ RSS feed for comments on this post} · { TrackBack URI }

Tinggalkan Balasan ke raniyuanita Batalkan balasan